Senin, 07 Februari 2011

TETANUS

TETANUS
A. Definisi
Tetanus adalah (rahang terkunci/lockjaw) penyakit akut, paralitik spastic yang disebabkan oleh tetanospasmin, neurotoksin, yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.( Ilmu Kesehatan Anak, 2000 oleh Richard E. Behrman, dkk, hal 1004 )
Tetanus adalah manifestasi sistemik yang di sebabkan oleh absorbs eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan oleh Clostridium Tetani pada masa pertumbuhan aktif dalam tubuh manusia.( Buku Kuliah Ilmu kesehatan Anak, 1985 oleh bagian kesehatan anak fakultas kedokteran univeersitas Indonesia, hal 568
Tetanus adalah gangguan neorologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.( Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, 2007 oleh fakultas Kedokteran Universitas Indonesia )
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekuatan tonus otot massater dan otot-otot rangka.
Tetanus Neonatorum: penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebiih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka mulut dan menetek di susul dengan kejang-kejang (WHO, 1989 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Tetanus adalah penyakit infeksi dan gangguan neorologis yang di akibatkan toksin protein tetoonospasmin dari kuman Clostridium Tetani, yang ditandai dengan manisfestasi kliniknya meningkatnya tonus otot dan spasme

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah Clostridium Tetani yaitu obligat anaerob pembentukan spora, gram positif, bergerak, yang tempat tinggal (habitat) alamiahnya di seluruh dunia yaitu di tanah, debu dan saluran pencernaan berbagai binatang. Pada ujungnya ia membentuk spora, sehingga secara mikroskopis tampak seperti pukulan gendering atau raket tenis. Spora tetanus dapat bertahan hidup dalam air mendidih tetapi tidak di dalam autoklaf, tetapi sel vegetative terbunuh oleh antibiotic, panas dan desinfektan baku. Tidak seperti banyak klostridia, Clostridium Tetani bukan organisme yang menginvasi jaringan, malahan menyebabkan penyakit melalui toksin tunggal, tetanospasmin yang lebih sering disebut sebagai toksin tetanus. Toksi tetanus adalah bahan kedua yang paling beracun yang diketahui, hanya di unggulin kekuatannya oleh toksin batulinum.
C. MANISFESTASI KLINIS
Tetanus biasanya terjadi setelah suatu trauma, kontaminasi luka dengan tanah, kotoran binatang atau logam berkarat dapat menyebabkan tetanus. Tetanus juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari luka bakar, ulkus gangren, luka gigitan ular yang mngalami nekrosis, infeksi telinga tengah, aborsi septik, persalinan, injeksi intramuscular, dan pembedahan.
Masa tunas biasanya 5 – 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh anti serum. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan :
1. Trismus ( kesukaran membuka mulut ) karena spasme otot-otot mastikatoris.
2. Kaku kuduk sampai opistotonus ( karena ketegangan otot-otot erector trunki ).
3. Ketegangan otot dinding perut ( harus dibedakan dengan abdomen akut ).
4. Kejang tonik apabila dirangsang karena toksin yang terdapat di kornus anterior.
5. Rikus sardonikus karena spasme otot muka ( alis tertarik keatas ), sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan opistotonus, ekstermitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula intermiten diselingi dengan periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai dengan rasa nyeri. Kadang-kadang di sertai perdarahan intramuscular karena kontraksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akobat serangan pada otot pernafasan dan laring. Retensi urin dapat terjadi karena spasme otot uretra. Fraktur kolumna vetebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang terjadi tekanan cairan di otak.
D. PATOFISIOLOGI
Biasanya penyakit ini terjdi setelah luka tusuk yang dalam misalya luka yang disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak, karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laserasi yang kotor luka bakar dan patah tulang yang terbuka juga akan mngakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan clostridium tetani.
Tetanus terjadi sesudah pemasukan spora yang sedang tumbuh, mempaebanyak diri dan mneghasilkan toksin tetanus pada potensial oksidasi-reduksi rendah (Eh) tempat jejas yang terinfeksi. Plasmid membawa gena toksin. Toksin yang dilepas bersama sel bakteri sel vegetative yang mati dan selanjutnya lisis. Toksin tetanus (dan toksin batolinium) di gabung oleh ikatan disulfit. Toksin tetanus melekat pada sambungan neuromuscular dan kemudian diendositosis oleh saraf motoris,sesudah ia mengalami ia mengalami pengangkutan akson retrograt kesitoplasminmotoneuron-alfa. Toksin keluar motoneuron dalam medulla spinalis dan selanjutnya masuk interneuron penghambat spinal. Dimana toksi ini menghalangi pelepasan neurotransmitter . toksin tetanus dengan demikian meblokade hambatan normal otot antagonis yang merupakan dasar gerakan yang disengaja yang di koordinasi, akibatnya otot yang terkena mempertahankan kontraksi maksimalnya, system saraf otonom juga dibuat tidak stabil pada tetanus.
Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi bentuk vegetatif dan berkembang biak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oxigen jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai dengan panjang axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sungsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitory transmitter dan menimbulkan kekakuan




E. PATHWAY
(Hubungan Sebab Akibat)











Tonus otot  Menempel pada Cerebral Mengenai Saraf Simpatis
Gangliosides

Menjadi kaku Kekakuan dan kejang khas -Keringat berlebihan
pada tetanus -Hipertermi
-Hipotermi
-Aritmia
-Takikardi

Hipoksia berat

 O2 di otak

Kesadaran 

-Ggn. Eliminasi -Ketidakefektifan jalan -PK. Hipoksemia
-Ggn. Nutrisi (< dr. kebut) jalan nafas -Ggn. Perfusi Jaringan
-Gangguan Komunikasi -Ggn. Pertukaran Gas
Verbal -Kurangnya pengetahuan
Ortu
-Dx,Prognosa, Perawatan


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Liquor Cerebri normal
b. hitung leukosit normal atau sedikit meningkat.
c. Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kalsium dan magnesium
d. Analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk dilakukan.
2. Pemeriksaan radiologi : Foto rontgen thorax setelah hari ke-5.
Pengkajian Umum
a. Riwayat penyakit sekarang; adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat.
b. Sistem Pernafasan ; dyspneu asfiksia dan sianosis akibat kontaksi otot pernafasan
c. Sistem kardio vaskuler; disritmia, takikardia, hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh awal 38-40 C atau febril, terminal 43-44 C
d. Sistem Neurolgis; (awal) irritability, kelemahan, (akhir) konvulsi, kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak.
e. Sistem perkemihan; retensi urine (distensi kandung kencing dan urine out put tidak ada/oliguria)
f. Sistem pencernaan; konstipasi akibat tidak adanya pergerakan usus.
g. Sistem integumen dan muskuloskletal; nyeri kesemutan tempat luka, berkeringan (hiperhidrasi). Pada awalnya didahului trismus, spasme oto muka dengan meningkatnya kontraksi alis mata, risus sardonicus, otot-otot kaku dan kesulitan menelan. Apabila hal ini berlanjut akan terjadi status konvulsi dan kejang umum.
G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian
 Keluhan Utama
 Kaji identitas klien, yaitu mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal dan jam masuk RS, nomor register, diagnosa medis
 Kaji Riwayat Kesehatan Sekarang
adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat..
 Kaji Riwayat Kesehatan Keluarga

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernafasan, ditandai dengan : ronchi, sianosis, dyspnea, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau lender, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : AGD abnormal (asidosis respiratotik)
Tujuan: jalan nafas efektif
Kriteria:
• Klien tidak sesak, lender atau sleam tidak ada
• Pernafasan 16 – 18 kali/menit
• Tidak ada pernafasan cuping hidung
• Tidak ada tambahan otot pernafasan
• Hasil pemeriksaan laboratorium darah AGD dalam batas normal ( pH=7,35 – 7,45 ; PCO2= 35 – 45 mmHg, PO2 = 80 – 100 mmHg )


Intervensi dan rasional :
a. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi
Rasianal : secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga pernafasan sehingga proses respirasi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan pembuntuan jalan nafas.
b. Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengar suara nafas (adakah ronchi) tiap 2 – 4 jam sekali
Rasional : ronchi menunjukan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau secret yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk mengoptimalkan jalan nafas.
c. Bersihkan mulut dan saluran nafas dari secret dan lendir dengan melakukan section.
Rasional : section merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan secret, sehingga mempermudah proses respirasi.
d. Oksigenisasi sesuai intruksi dokter
Rasional : pemberian oksigen secara adekuat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadi hipoksia
e. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
Rasional : dyspnea, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul tacikardi dan capillary reffil time yang memanjang/lama.
f. Observasi timbulnay gagal nafas/apnea
Rasional : ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mechanical ventilation)
g. Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer secret (mukolotik)
Rasional : obat mukolitik dapat mengencerkan secret yang kental sehingga mudah mengeluarkan dan mencegah kekentalan.
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsangan, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya lender dan secret yang menumpuk.
Tujuan : pola nafas teratur dan normal
Kriteria :
• Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigen
• Tidak sesak, pernafasan normal 16 – 18 kali/menit
• Tidak sianosis
Intervensi dan rasional :
a. Monitor irama pernafasan dan respirasi rate
Rasional : indikasi adanya penyimpangan atau kelainan dari pernafasan dapat dilihat dari frekuensi, jenis pernafasan, kemampuan dan irama nafas.
b. Atur posisi luruskan jalan nafas
Rasional : jalan nafas yang longgar tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar.
c. Observasi tanda dan gejala sianosis
Rasional : sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi klinik ketidakadekuatan suplai O2 pada jaringan tubuh perifer.
d. Berikan oksigenasi sesuai dengan intruksi dokter
Rasional : pemberian oksigen secara adekuat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mncegah terjadinya hipoksia.
e. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
Rasional : dyspnea, sianosis merupan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul tacikardi dan capillary reffil time yang memanjang/lama.
f. Observasi timbulnya gagal nafas
Rasional : ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mechanical ventilato)
g. Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
Rasional : kompensasi tubuh terhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan dapat mengakibatkan terjadinya asidosis respiratory.
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek toksin (bakterimia), yang ditandai dengan : suhu tubuh meningkat menjadi 38 – 40 °C, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari 10.000/mm3
Tujuan : suhu tubuh normal
kriteria :
• Suhu kembali normal 36 – 37 °C
• Hasil laboratorium sel darah putih (leukosit) antara 5.000 – 10.000/mm3

Intervensi dan rasional :
1. Atur suhu lingkungan yang nyaman
Rasional : iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi
2. Pantau suhu tubuh tiap 2 jam
Rasional : identifikasi perkembangan gejala-gejala kearah syok exhaustion
3. Berikan hidrasi atau minum yang adekuat
Rasional : cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari demam.
4. Lakukan tindakan teknik aseptic dan antiseptic pada perawatan luka
Rasional: perawatan luka mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar luka
5. Berikan kompres dingin bila tidak terjadi eksternal rangsangan kejang
Rasional : kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara proses konduksi.
6. Paksanakan program pengobatan antibiotic dan antipiretik
Rasional : obat-obatan antibacterial dapat mempunyai spectrum untuk mengobati bakteri gram positif, atau bakteri gram negative, antipiretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk mengantisipasi panas.
7. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium leukosit
Rasional : hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 100.000/mm3 mengidentifikasikan adanya infeksi dan atau untuk mengikuti perkembangan pengobatan yang diprogramkan.
4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat badan menurun disertai hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5 mg%
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
a. Berat badan optimal
b. Intake adekuat
c. Hasil pemeriksaan albumin 3,5 – 5 mg%
Intervensi dan rasional :
a. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesuliatan dalam makan dan pentingnya makanan bagi tubuh
Rasional : dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot pengunyah sehingga klien mengalami kesuliatan menelan dan kadang timbul reflex balik atau kesedak. Dengan tingkat pengetahuan yang adekuat diharapkan klien dapat berpartisipasi dan kooperatif dalam program diet.
b. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet TKTP cair, lunak, dan bubur kasar.
Rasional : diet yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka mulut dan proses mengunyah
c. Kolaborasi untuk memberikan caiaran IV line
Rasioanal : pemberian cairan perinfus diberikan pada klien dengan ketidakmampuan mengunyah atau tidak bisa makan lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.
d. Kolaborasikan untuk pemasangan NGT bila perlu
Rasional : NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga untuk memberikan obat

TerMoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan organisme untuk menjaga suhu tubuhnya dalam batas-batas tertentu, bahkan ketika suhu sekitarnya sangat berbeda. Proses ini merupakan salah satu aspek homeostasis: keadaan dinamis stabilitas antara internal lingkungan binatang dan lingkungan eksternal perusahaan (studi tentang proses-proses tersebut dalam zoologi telah disebut Ekofisiologi atau ekologi fisiologis). Ketika suhu tubuh menurun di bawah tingkat normal, dikenal sebagai hipotermia.
Sedangkan organisme yang thermoregulates adalah salah satu yang membuat suhu inti tubuhnya dalam batas-batas tertentu, thermoconformer perubahan suhu tubuh dengan perubahan suhu di luar tubuhnya. Itu tidak sampai diperkenalkannya termometer bahwa setiap data yang tepat pada suhu hewan dapat diperoleh. Saat itu kemudian menemukan bahwa perbedaan lokal yang hadir, karena produksi panas dan kehilangan panas bervariasi di berbagai bagian tubuh, meskipun sirkulasi darah cenderung untuk membawa tentang suhu rata-rata dari bagian internal. Oleh karena itu, penting untuk menentukan suhu bagian-bagian yang paling hampir pendekatan dengan yang ada pada organ internal . Juga untuk hasil seperti itu bisa dibandingkan mereka harus dilakukan dalam situasi yang sama. Rektum memberikan paling akurat suhu bagian internal, atau dalam beberapa kasus seks atau spesies, vagina, rahim atau kandung kemih.
Kadang-kadang suhu air seni saat meninggalkan urethra mungkin digunakan. Lebih biasanya suhu diambil dalam, mulut ketiak telinga, atau pangkal paha.
Termoregulasi pada manusia
Termoregulasi merupakan aspek penting dari homeostasis manusia. Manusia telah mampu beradaptasi dengan keragaman iklim, termasuk kering lembab dan panas panas. Temperatur yang tinggi menimbulkan tekanan serius bagi tubuh manusia, menempatkannya dalam bahaya besar cedera atau bahkan kematian. Dalam rangka menghadapi kondisi iklim, manusia telah mengembangkan fisiologis dan mode budaya adaptasi.
Kulit membantu dalam homeostasis (menjaga aspek yang berbeda dari suhu tubuh misalnya konstan). Hal ini dilakukan dengan bereaksi berbeda untuk kondisi panas dan dingin sehingga suhu tubuh bagian dalam masih kurang lebih konstan. Vasodilatasi dan berkeringat adalah mode primer di mana manusia berusaha untuk menurunkan panas badan berlebih. Efektivitas metode ini dipengaruhi oleh karakter dari iklim dan sejauh mana individu diaklimatisasi.



1. Kelenjar keringat di bawah kulit mengeluarkan keringat (cairan yang berisi sebagian besar air dengan beberapa ion terlarut) yang bergerak sampai saluran keringat, melalui pori keringat dan ke permukaan kulit. Hal ini menyebabkan kehilangan panas oleh evaporasi, namun banyak air penting hilang.
2. Bulu-bulu pada kulit berbaring, mencegah panas dari yang terperangkap oleh lapisan yang masih udara antara rambut. Hal ini disebabkan oleh otot-otot kecil di bawah permukaan kulit otot yang disebut pili errector santai sehingga folikel rambut mereka melekat tidak tegak. Rambut ini datar meningkatkan aliran udara di samping meningkatnya kulit kehilangan panas oleh konveksi. Bila suhu lingkungan di atas suhu inti tubuh, berkeringat adalah satu-satunya cara fisiologis bagi manusia untuk kehilangan panas.
3. Arteriol vasodilasi occures, ini adalah proses relaksasi otot polos di dinding arteri memungkinkan peningkatan aliran darah melalui arteri. Ini mengalihkan darah ke kapiler dangkal di kulitnya hilang panas meningkat oleh radiasi dan konduksi.
4. Perlu dicatat bahwa kebanyakan hewan tidak dapat keringat efisien. Kucing dan anjing hanya memiliki kelenjar keringat pada bantalan kaki mereka. Kuda dan manusia adalah dua dari beberapa hewan yang mampu berkeringat. Banyak hewan celana daripada keringat, hal ini dikarenakan paru-paru memiliki luas permukaan yang besar dan sangat vascularised. Udara dihirup, pendinginan permukaan paru-paru dan kemudian dihembuskan kehilangan panas dan beberapa uap air.

1. Keringat berhenti diproduksi.
2. Otot-otot menit di bawah permukaan kulit yang disebut otot erectorpili (dilampirkan ke folikel rambut individu) kontrak ( piloerection ), mengangkat tegak folikel rambut. Hal ini membuat rambut kita berdiri di ujung yang bertindak sebagai lapisan isolasi, memerangkap panas. Inilah yang juga menyebabkan jerawat angsa karena manusia tidak memiliki banyak rambut sangat dan otot-otot dikontrak dengan mudah bisa dilihat.
3. Arteriola kapiler darah yang membawa ke permukaan di bawah permukaan kulit dapat mengecilkan (menyempitkan) darah dialihkan dari kulit dan menuju inti lebih hangat dari tubuh. Hal ini mencegah darah dari kehilangan panas ke lingkungan dan juga mencegah suhu inti menurun lebih lanjut. Proses ini disebut vasokonstriksi. Tidak mungkin untuk mencegah semua kehilangan panas dari darah, hanya untuk mengurangi itu. Dalam kondisi yang sangat dingin vasokonstriksi berlebihan menyebabkan mati rasa dan kulit pucat. Radang dingin hanya terjadi ketika air di dalam sel mulai untuk membekukan, ini menghancurkan sel menyebabkan kerusakan.
4. Otot juga dapat menerima pesan dari pusat termo-peraturan dari otak (hipotalamus) untuk menyebabkan tubuh menggigil. Hal ini panas meningkatkan produksi sebagai respirasi merupakan reaksi eksotermik dalam sel otot. Menggigil lebih efektif dibanding latihan untuk menghasilkan panas karena binatang tetap diam. Ini berarti bahwa lebih sedikit panas yang hilang ke lingkungan melalui konveksi. Ada 2 jenis menggigil intensitas rendah dan intensitas tinggi. Selama intensitas rendah binatang menggigil gemetar terus-menerus pada tingkat rendah untuk bulan selama kondisi dingin. Selama intensitas tinggi hewan menggigil menggigil keras untuk waktu yang relatif singkat. Kedua proses mengkonsumsi energi meskipun intensitas tinggi menggigil menggunakan glukosa sebagai sumber bahan bakar dan intensitas rendah cenderung menggunakan lemak.
Catatan: Pesan dari otak yang mencapai efektor (misalnya otot dan kelenjar) dilakukan demikian oleh neuron motor. Neuron adalah sel khusus yang lulus pesan sekitar tubuh dalam bentuk impuls listrik. Motor neuron adalah orang-orang yang lulus pesan dari otak langsung ke efektor, dalam kasus ini otot. Kumpulan ribu neuron disebut saraf.
Proses ini dijelaskan di atas, di mana kulit mengatur suhu tubuh merupakan bagian dari termoregulasi. Ini adalah salah satu aspek dari homeostasis-proses dimana tubuh mengatur sendiri untuk menjaga kondisi internal konstan.

• Hipotermia
• Hipertermia
• Fenomena Raynaud (penyakit Raynaud's)
• Induced hipotermia
• Dingin tangan (gejala medis)


Manusia termoregulasi (disederhanakan)
Dengan pengamatan banyak pada manusia dan hewan lainnya, John Hunter menunjukkan bahwa perbedaan penting antara hewan berdarah disebut berdarah panas dan dingin sehingga terletak pada keajegan yang diamati dari suhu yang pertama, dan variabilitas diamati dari suhu yang terakhir . Hampir semua burung dan mamalia memiliki suhu tinggi hampir konstan dan independen itu dari udara di sekitarnya. Ini disebut homeothermy . Hampir semua hewan lain menampilkan variasi suhu tubuh, bergantung pada lingkungan mereka. Ini disebut poikilothermy
mamalia tertentu pengecualian untuk aturan ini, sedang hangat-berdarah selama musim panas atau siang hari, tapi berdarah dingin selama musim dingin ketika mereka hibernate atau di malam hari saat tidur. JO Wakelin Barrat telah menunjukkan bahwa dalam kondisi patologis tertentu, berdarah panas ( homeothermic) hewan dapat menjadi sementara berdarah dingin (poikilothermic). Dia telah menunjukkan secara meyakinkan bahwa kondisi ini ada pada kelinci menderita rabies selama periode terakhir dari kehidupan mereka, suhu rektal yang kemudian dalam waktu beberapa derajat dari suhu ruang dan bervariasi dengan itu. Dia menjelaskan kondisi ini dengan asumsi bahwa mekanisme saraf regulasi panas telah menjadi lumpuh. Hati-respirasi dan tingkat sedang juga terbelakang selama periode ini, kemiripan dengan kondisi hibernasi cukup besar. Sekali lagi, Sutherland Simpson telah menunjukkan bahwa selama anestesi dalam suatu-hewan berdarah hangat cenderung untuk mengambil suhu yang sama dengan lingkungannya. Ia menunjukkan bahwa ketika monyet disimpan sangat dibius dengan eter dan ditempatkan di ruang dingin, temperatur secara bertahap turun, dan bahwa ketika telah mencapai titik yang cukup rendah (sekitar 25 ° C di monyet), kerja dengan anestesi tidak lagi diperlukan, maka binatang yang sensitif terhadap rasa sakit dan tidak mampu menjadi terbangun oleh bentuk stimulus, itu, pada kenyataannya, narcotised oleh dingin, dan dalam keadaan apa yang dapat disebut "hibernasi buatan." Sekali lagi ini dijelaskan oleh fakta bahwa mekanisme pengatur panas telah mengganggu. Hasil serupa telah diperoleh dari percobaan pada kucing. Ini juga telah menyimpulkan bahwa pada manusia, mungkin sebanyak 80% dari panas tubuh kalah melarikan diri melalui kepala. Hal ini disebabkan kulit pada kepala yang relatif tipis seiring dengan kelimpahan pembuluh darah ini. Hal ini juga diketahui bahwa pada perbedaan suhu, yaitu suhu yang lebih tinggi akan menaikkan. Hal ini menyebabkan panas untuk menaikkan ke kepala dan melarikan diri melalui kulit.


Ectothermic pendinginan

Mencari naungan merupakan salah satu metode pendinginan. Berikut Sooty tern anak ayam menggunakan Black-footed Albatross cewek untuk naungan.
• Penguapan:
o Mendapatkan basah di danau, sungai atau laut.
• Konveksi:
o Pendakian ke tanah lebih rendah dari pohon, ke lembah, lubang, dll
o Memasukkan air dingin atau udara saat ini.
o Membangun sarang yang memungkinkan udara alami atau dihasilkan / aliran air untuk pendinginan.
• Konduksi:
o Berbaring di atas tanah yang dingin.
o Tinggal basah di danau, sungai atau laut.
o Meliputi di lumpur dingin.
• Radiasi:
o Cari teduh.
o Masukkan liang berbentuk untuk memancarkan panas (Black efek kotak).
o Expand lipatan kulit.
o Paparan permukaan sayap.
Ectothermic pemanasan (atau meminimalkan kehilangan panas)
• Konveksi:
o Naik ke tempat yang lebih tinggi sampai pohon-pohon, pegunungan, bebatuan.
o Memasukkan air hangat atau udara saat ini.
o Membangun sarang terisolasi atau liang.
• Konduksi:
o Berbaring di atas batu panas.
• Radiasi:
o Berbaring di matahari.
o Lipat kulit untuk mengurangi eksposur.
o Menyembunyikan sayap permukaan.

Thermographic gambar ular di sekitar lengan
Untuk mengatasi dengan suhu rendah, ikan beberapa telah mengembangkan kemampuan untuk tetap bisa berfungsi bahkan ketika suhu air di bawah titik beku; beberapa alam antibeku menggunakan atau antibeku protein untuk menolak pembentukan kristal es di jaringan mereka. Amfibi dan reptil mengatasi kehilangan panas dengan pendinginan menguapkan dan adaptasi perilaku.
Endotermik
Artikel utama: Endotherm
Untuk mengatur suhu tubuh, suatu organisme mungkin perlu untuk mencegah kehilangan panas di lingkungan gersang. Penguapan air, baik di seluruh permukaan pernapasan atau seluruh kulit hewan yang memiliki kelenjar keringat, membantu dalam pendinginan suhu tubuh dalam batas toleransi organisme. Hewan dengan tubuh ditutupi oleh bulu memiliki kemampuan terbatas untuk keringat, sangat bergantung pada terengah-engah untuk meningkatkan penguapan air di permukaan lembab dari paru-paru dan lidah dan mulut. Burung juga mencegah terlalu panas oleh berkibar gular yang mirip dengan terengah-engah di mamalia karena kulit tipis mereka tidak memiliki kelenjar keringat. Down bulu perangkap udara hangat bertindak sebagai insulator yang sangat baik seperti rambut di mamalia bertindak sebagai insulator yang baik; kulit mamalia jauh lebih tebal dari itu burung dan sering memiliki lapisan isolasi lemak terus menerus di bawah dermis - pada mamalia laut seperti paus ini disebut sebagai lemak. mantel padat ditemukan di padang pasir endotermik juga membantu dalam mencegah mendapatkan panas. Strategi lain cuaca dingin untuk sementara menurunkan tingkat metabolisme dan menurunkan suhu tubuh diatur dalam suhu tubuh menurun perbedaan suhu antara hewan dan udara sehingga meminimalkan kehilangan panas. Selanjutnya, memiliki tingkat metabolisme yang lebih rendah kurang penuh semangat mahal. Banyak hewan bertahan hidup malam dingin dingin melalui mati suri, penurunan sementara jangka pendek suhu tubuh. Organisme ketika dihadapkan dengan masalah mengatur suhu tubuh tidak hanya memiliki adaptasi perilaku, fisiologis dan struktural, tetapi juga sistem umpan balik untuk memicu adaptasi ini untuk mengatur suhu yang sesuai. Fitur utama dari sistem ini adalah: Stimulus, Lubang, Modulator, efektor dan kemudian umpan balik dari suhu sekarang disesuaikan dengan Stimulus. Ini membantu proses yang bersifat siklis dalam homeostasis.
Produksi panas pada burung dan mamalia
Dalam lingkungan dingin, burung dan mamalia mempekerjakan adaptasi berikut dan strategi untuk meminimalkan kehilangan panas:
1. menggunakan otot polos kecil (spinae pili pada mamalia) yang melekat pada poros bulu atau bulu; ini thermogenesis non-menggigil mendistorsi permukaan kulit sebagai bulu / batang rambut dibuat lebih tegak (disebut merinding atau jerawat)
2. meningkatkan ukuran tubuh untuk lebih mudah mempertahankan suhu inti tubuh (hewan berdarah panas di iklim dingin cenderung lebih besar dari spesies yang serupa di iklim hangat (lihat Aturan Bergmann's))
3. memiliki kemampuan untuk menyimpan energi untuk metabolisme lemak
4. telah memperpendek ekstremitas
5. memiliki lawan aliran darah di ekstremitas - ini adalah di mana darah arteri hangat bepergian ke dahan melewati darah venus pendingin dari dahan dan panas dipertukarkan darah venus pemanasan dan pendinginan arteri (misalnya Arctic Wolf [1] atau penguin [2] [3])
Dalam lingkungan yang hangat, burung dan mamalia mempekerjakan adaptasi berikut dan strategi untuk memaksimalkan kehilangan panas:
1. perilaku adaptasi seperti tinggal di liang siang hari dan sedang malam
2. menguapkan pendinginan oleh keringat dan terengah-engah
3. menyimpan cadangan lemak di satu tempat (misalnya punuk unta) untuk menghindari pengaruhnya isolasi
4. memanjang, sering vascularized kaki untuk melakukan panas tubuh ke udara
Termoregulasi pada tanaman
Thermogenesis terjadi pada tanaman bunga banyak dalam keluarga Araceae serta kerucut cycad -. [4] Selain itu, beberapa tanaman dalam Alum keluarga seperti Timur Skunk Kubis, yang Philodendron (Philodendron selloum), dan teratai Suci (Nelumbo nucifera) dapat thermoregulate diri mereka sendiri, [5] yang tersisa di rata-rata 20 ° C (36 ° F) di atas suhu udara saat berbunga. Panas yang dihasilkan oleh mendobrak pati yang disimpan di akar mereka, [6] yang memerlukan konsumsi oksigen pada tingkat mendekati yang dari burung kolibri terbang. [7]
Satu penjelasan yang mungkin untuk termoregulasi tanaman adalah untuk memberikan perlindungan terhadap suhu dingin. Misalnya, kubis sigung tidak beku-perlawanan, namun mulai tumbuh dan bunga ketika masih ada salju di tanah. [4] Teori lain adalah thermogenicity yang membantu menarik penyerbuk, yang ditanggung oleh pengamatan bahwa produksi panas disertai dengan kedatangan kumbang atau lalat. [8]
Perilaku suhu peraturan
Selain manusia, sejumlah hewan lain juga mempertahankan suhu tubuh mereka dengan penyesuaian fisiologis dan perilaku. Misalnya, kadal gurun adalah ectotherm dan karena itu tidak mampu mengontrol suhu melalui regulasi metabolisme. Namun, dengan mengubah lokasinya terus menerus, ia mampu mempertahankan bentuk mentah kontrol suhu. Di pagi hari, hanya kepalanya akan muncul dari liang. Kemudian, seluruh tubuh terkena. kadal ini basks di bawah sinar matahari, menyerap panas matahari. Bila suhu mencapai tingkat yang lebih tinggi, kadal akan bersembunyi di bawah batu atau kembali ke liang. Ketika matahari terbenam atau suhu ini terjatuh, muncul lagi.
Beberapa hewan yang hidup di lingkungan dingin mempertahankan suhu tubuh mereka dengan mencegah kehilangan panas. bulu mereka tumbuh lebih padat untuk meningkatkan jumlah isolasi. Beberapa hewan regional heterothermic dan mampu memungkinkan kaki mereka kurang terisolir mendingin ke temperatur yang lebih rendah dari suhu inti mereka - hampir sampai 0 ° C. Ini meminimalkan kehilangan panas melalui bagian tubuh kurang terisolasi, seperti kaki, kaki (atau kuku), dan hidung.

Sebuah burung unta dapat menjaga suhu tubuh yang sangat konstan, meskipun dapat menjadi sangat panas di siang hari dan dingin di malam hari.
Hibernasi, estivation, dan kebodohan sehari-hari
Untuk mengatasi dengan sumber makanan terbatas dan temperatur rendah, beberapa mamalia hibernate di liang bawah tanah. Agar tetap dalam "stasis" untuk waktu yang lama, hewan-hewan ini harus membangun cadangan lemak coklat dan mampu memperlambat semua fungsi tubuh. hibernators Benar (misalnya groundhogs) menjaga suhu tubuh mereka turun di seluruh hibernasi mereka sementara suhu inti hibernators palsu (misal beruang) bervariasi dengan mereka kadang-kadang muncul dari sarang-sarang mereka untuk periode singkat. Beberapa kelelawar hibernators benar yang mengandalkan pada sebuah thermogenesis cepat, non-menggigil simpanan lemak coklat mereka untuk membawa mereka keluar dari hibernasi.
Estivation terjadi di musim panas (seperti tidur siang) dan memungkinkan beberapa mamalia untuk bertahan hidup periode suhu tinggi dan air sedikit (misalnya penyu bersembunyi di lumpur kolam).
ketumpulan harian terjadi pada endotermik kecil seperti kelelawar dan burung yang bersenandung sementara mengurangi tarif mereka metabolik yang tinggi untuk menghemat energi. [9]
Variasi suhu manusia dan beberapa binatang

Grafik yang menunjukkan variasi diurnal suhu tubuh, mulai dari sekitar 37,5 ° C 10:00-6:00, dan jatuh ke sekitar 36,3 ° C 2:00-6:00
Suhu manusia normal
Artikel utama: suhu tubuh manusia normal
Sebelumnya, suhu oral rata-rata untuk orang dewasa yang sehat telah dianggap 37,0 ° C (98,6 ° F), sedangkan kisaran normal 36.1 ° C (97,0 ° F) sampai 37,8 ° C (100.0 ° F). Di Polandia dan Rusia, suhu telah diukur ketiak. 36.6 ° C dianggap "ideal" suhu, sedangkan kisaran normal 36 ° C sampai 36,9 ° C.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa suhu rata-rata untuk orang dewasa sehat adalah 98,2 ° C atau 36,8 ° C (hasil yang sama dalam tiga studi berbeda). Variasi (satu standar deviasi) dari tiga penelitian lainnya adalah:
• 36,4-37,1 ° C
• 36,3-37,1 ° C untuk laki-laki, 36,5-37,3 ° C untuk wanita
• 36,6-37,3 ° C [10]
Variasi dari penempatan termometer
Suhu bervariasi sesuai dengan penempatan termometer, dengan suhu rektal menjadi 0,3-0,6 ° C (0,5-1 ° F) lebih tinggi dari suhu oral, sedangkan suhu aksila adalah 0,3-0,6 ° C (0,5-1 ° F) lebih rendah dari suhu oral. [ 11] Perbedaan rata-rata antara dan suhu aksiler lisan anak-anak usia 6-12 India ditemukan hanya 0,1 ° C (standar deviasi 0.2 ° C), [12] dan perbedaan rata-rata pada anak usia 4-14 Malta antara lisan dan suhu aksila adalah 0,56 ° C, sedangkan perbedaan berarti antara dan aksiler suhu rektal untuk anak di bawah 4 tahun sebesar 0,38 ° C. [13]
Variasi yang terkait dengan pengembangan
Dari hewan berdarah panas yang lebih rendah, ada beberapa yang tampaknya berdarah dingin saat lahir. Kucing, kelinci dan anjing, jika dihapus dari lingkungannya segera setelah lahir, kehilangan panas tubuh mereka sampai suhu mereka telah jatuh ke dalam beberapa derajat itu dari udara di sekitarnya. Tapi binatang tersebut saat lahir buta, tak berdaya dan dalam beberapa kasus telanjang. Hewan yang lahir ketika dalam kondisi pembangunan yang lebih besar dapat mempertahankan suhu mereka cukup konstan. Dalam kuat, bayi sehat sehari atau dua tahun suhu naik sedikit, tetapi dalam bahwa dari lemah, anak yang sakit-dikembangkan itu baik tetap diam atau jatuh. Penyebab suhu variabel pada bayi dan hewan belum dewasa muda adalah pengembangan sempurna dari mekanisme mengatur gugup.
Suhu rata-rata turun sedikit dari bayi sampai pubertas dan lagi dari pubertas ke usia pertengahan, tapi setelah tahap yang dilewati suhu mulai bangkit kembali, dan dengan sekitar tahun delapan puluh setinggi pada masa bayi.
Variasi irama sirkadian karena untuk
Pada manusia, sebuah variasi diurnal telah diamati tergantung pada waktu istirahat dan aktivitas, terendah di 23:00-3:00 dan memuncak pada pukul 10 pagi hingga 6 Monkeys sore juga memiliki variasi diurnal baik ditandai dan teratur suhu tubuh yang berikut periode istirahat dan aktivitas, dan tidak tergantung pada kejadian siang dan malam; nokturnal monyet mencapai suhu tubuh tertinggi mereka di malam hari dan terendah pada siang hari. Sutherland Simpson dan JJ Galbraith mengamati bahwa semua binatang malam dan burung - yang periode istirahat dan aktivitas secara alami dibatalkan melalui kebiasaan dan bukan dari campur tangan luar - pengalaman suhu tertinggi selama periode alami kegiatan (malam) dan terendah selama periode istirahat (hari). Mereka suhu diurnal dapat dibalik dengan membalik rutinitas sehari-hari mereka. [14]
Kurva suhu diurnal burung pada dasarnya sama dengan manusia dan hewan homoeothermal lainnya, kecuali bahwa maksimum terjadi sebelumnya di sore hari dan minimum sebelumnya di pagi hari. Juga bahwa kurva diperoleh dari kelinci, babi guinea dan anjing yang cukup mirip dengan mereka yang berasal dari manusia. Pengamatan ini menunjukkan bahwa suhu tubuh sebagian diatur oleh ritme sirkadian.
Variasi siklus haid karena itu wanita
Selama fase folikuler (yang berlangsung dari hari pertama menstruasi sampai hari ovulasi), rata-rata suhu tubuh basal dalam rentang perempuan 36,45-36,7 ° C (97,6-98,6 ° F). Dalam waktu 24 jam setelah ovulasi, wanita mengalami ketinggian 0,15-0,45 ° C (0,2-0,9 ° F) karena laju metabolisme meningkat tajam yang disebabkan oleh tingkat peningkatan progesteron. Suhu tubuh basal berkisar antara 36,7-37,3 ° C 97,6-99,2 °) F selama luteal, fase dan turun ke bawah untuk melakukan pra-ovulasi tingkat dalam beberapa hari menstruasi. ([15] Perempuan bisa chart fenomena ini untuk menentukan apakah dan ketika mereka sedang berovulasi, sehingga untuk membantu pembuahan atau kontrasepsi.
Variasi demam karena
Demam adalah elevasi diatur dari set point suhu inti dalam hipotalamus, yang disebabkan oleh sirkulasi pirogen yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh. Untuk subjek, kenaikan suhu inti karena demam dapat mengakibatkan rasa dingin di lingkungan yang orang tanpa demam tidak.
Variasi biofeedback karena
Sekelompok biarawan dikenal sebagai Tummo dikenal untuk berlatih teknik meditasi biofeedback yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan suhu tubuh mereka secara substansial. [16]
Variasi disebabkan faktor lain
Dalam karya Simpson & Galbraith, suhu rata-rata perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di semua spesies yang diperiksa seks telah ditentukan.
Makan kadang-kadang menyebabkan ketinggian sedikit, kadang-kadang depresi alkohol-sedikit tampaknya selalu untuk menghasilkan jatuh. Latihan dan variasi suhu eksternal dalam batas yang biasa menyebabkan perubahan sangat sedikit, karena ada pengaruh kompensasi banyak di tempat kerja, yang kita bicarakan nanti. Suhu inti yang tinggal di daerah tropis berada dalam kisaran yang sama dengan yang tinggal di daerah Arktik.
meningkatkan suhu tubuh rendah umur
Ini sudah lama berteori bahwa suhu tubuh rendah dapat memperpanjang hidup. Pada November 2006, sebuah tim ilmuwan dari Scripps Research Institute melaporkan bahwa tikus transgenik yang memiliki suhu tubuh 0,3-0,5 C lebih rendah dibanding tikus normal (karena overexpressing protein uncoupling 2 di neuron hypocretin (Hcrt-UCP2), yang ditinggikan suhu hipotalamus , sehingga memaksa hipotalamus untuk suhu tubuh rendah) memang hidup lebih lama dibanding tikus normal. umur tersebut 12% lebih lama untuk pria dan 20% lagi untuk perempuan. Tikus diizinkan untuk makan sebanyak yang mereka inginkan. [17] [18] [19] Pengaruh suhu tubuh pada umur panjang belum diteliti pada manusia.
Batas hidup yang kompatibel dengan
Ada batas kedua panas dan dingin batas jauh lebih luas bahwa hewan berdarah panas dapat beruang, dan lainnya bahwa hewan berdarah dingin bisa bertahan dan belum hidup. Pengaruh terlalu ekstrim dingin adalah untuk mengurangi metabolisme, dan maka untuk mengurangi produksi panas. Keduanya berbagi perubahan katabolik dan anabolik dalam depresi, dan energi meskipun kurang habis, masih lebih sedikit energi yang dihasilkan. Metabolisme ini berkurang memberitahu pertama pada sistem saraf pusat, khususnya otak dan bagian-bagian yang bersangkutan dalam kesadaran. Baik denyut jantung dan laju respirasi menjadi berkurang, supervenes mengantuk, terus menjadi lebih dalam sampai lolos ke dalam tidur kematian. Kadang-kadang, bagaimanapun, kejang dapat menetapkan dalam menuju akhir, dan kematian yang agak mirip dengan yang terjadi asfiksia.
Dalam beberapa eksperimen pada kucing yang dilakukan oleh Sutherland Simpson dan Percy T. Herring, mereka menemukan mereka tidak mampu bertahan ketika suhu rektal berkurang di bawah 16 ° C. Pada respirasi suhu rendah menjadi semakin lemah, hati-impuls biasanya dilanjutkan setelah pernafasan telah berhenti, beats menjadi sangat tidak teratur, tampaknya berhenti, kemudian mulai lagi. Kematian tampaknya terutama karena sesak napas, dan satu-satunya tanda tertentu bahwa telah terjadi adalah hilangnya tersentak lutut.
Di sisi lain, bergegas suhu terlalu tinggi pada metabolisme dari berbagai jaringan di seperti tingkat bahwa modal mereka akan segera habis. Darah yang terlalu hangat menghasilkan dyspnea dan segera knalpot ibukota metabolisme pusat pernapasan. Denyut jantung meningkat, beats kemudian menjadi arrhythmic dan akhirnya berhenti. Sistem saraf pusat juga sangat terpengaruh, kesadaran mungkin hilang, dan pasien jatuh ke dalam koma kondisi, atau delirium dan kejang dapat menetapkan masuk Semua perubahan ini dapat disaksikan dalam setiap pasien yang menderita suatu demam akut. Batas bawah suhu bahwa manusia dapat bertahan tergantung pada banyak hal, tetapi tidak ada yang bisa bertahan suhu 45 ° C (113 ° F) atau lebih untuk waktu yang lama. mamalia otot menjadi kaku dengan ketelitian panas sekitar 50 ° C, dan jelas harus suhu ini dicapai kekakuan tiba-tiba seluruh tubuh akan membuat kehidupan menjadi tidak mungkin.
HM Vernon telah melakukan pekerjaan pada temperatur suhu kematian dan kelumpuhan (ketelitian suhu panas) berbagai hewan. Ia menemukan bahwa hewan dari kelas yang sama dari kerajaan hewan menunjukkan suhu nilai yang sama sangat, yang dari Amphibia diperiksa sedang 38,5 ° C, Ikan 39 ° C, Reptilia 45 ° C, dan berbagai Moluska 46 ° C. Juga dalam kasus Pelagis hewan ia menunjukkan hubungan antara suhu kematian dan jumlah konstituen padat tubuh, Cestus [rujukan?] memiliki temperatur terendah dan jumlah kematian paling padat di dalam tubuhnya. Pada hewan yang lebih tinggi, bagaimanapun, eksperimennya cenderung menunjukkan bahwa ada variasi yang lebih besar baik di kimia dan karakter fisik protoplasma, dan variasi yang lebih besar maka pada suhu ekstrim yang kompatibel dengan kehidupan.

Jumat, 21 Januari 2011

Stroke

STROKE


A. Pengertian
Stroke atau penyakit serebrovaskular adalah penyakit yang mengacu kepada setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak.
Stroke adalah gangguan peredaran darah cerebral yang disebabkan oleh berbagai factor dan berakibat adanya gangguan neurologist.
Stroke adalah bencana atau gangguan peredaran darah di otak, yaitu berupa iskemia dan perdarahan.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.
Stroke atau cedera serebrovaskular ( CVA ) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskular selama beberapa tahun.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.

B. Etiologi

Stroke dapat terjadi karena :
a. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa keotak dari bagian-bagian tubuh yang lain)
c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
d. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak)
Faktor risiko penyebab stroke yang kuat :
1. tekanan darah tinggi ( hipertensi )
2. penyakit jantung
a. infark miokard
b. elektrokardiogram abnormal : disritmia ( terutama fibrilasi jantung ), hipertrofi bilik kiri
c. penyakit katup jantung
d. gagal jantung kongestif
3. sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis
a. gangguan pembuluh darah koroner (angina pectoris )
b. gangguan pembuluh darah karotis ( terdapat bising di karotis )
c. lain-lain : klaudikasio, intermitten, denyut nadi di perifer tak ada
4. Diabetes mellitus ( penyakit kencing manis )
5. polisitemia
6. pernah mendapat stroke

Faktor risiko penyebab stroke yang lemah :
1. kadar lemak yang tinggi di darah
2. hematokrit tinggi
3. merokok
4. kegemukan
5. kadar asam urat tinggi
6. kurang gerak badan/olahraga
7. fibrinogen tinggi
C. Jenis-Jenis Stroke
1. SH (Stroke Hemoragik)
Yaitu stroke yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
SH Ada 2 yaitu :
1. Hemoragik Intracerebral : Pendarahan yang terjadi di jaringan otak
2. Hemoragik Subaraknoid : Pendarahan yang terjadi diruang subaraknoid
2. SNH (Stroke Non Hemoragik )
Yaitu tersumbatnya aliran darah yang menyebabkan aliran darah keotak sebagian atau keseluruhan terhenti.
SNH Ada 3 jenis yaitu :
1. Stroke tombotik (Disebabkan oleh trombo)
2. Strok Embolik (Disebabkan oleh embolik)
3. Stroke Hepoperfusi Sistemik (Berkurangnya aliran Darah keseluruh tubuh karena gangguan denyut jantung)
D . Tanda dan Gejala

Tanda utama stroke atau cerebravaskular accident ( CVA ) adalah munculnya secara mendadak satu atau lebih deficit neurologik fokal. Defisit tersebut mungkin mengalami perbaikan dengan cepat, mengalami perburukan progresif atau menetap.
Gejala umum berupa :
 baal/lemas mendadak di wajah, lengan/tungkai, terutama di salah satu kedua mata
 bingung mendadak
 tersandung selagi berjalan
 pusing bergoyang
 hilangnya keseimbangan/koordinasi
 nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas\
 Hipertensi
 Kelemahan Otot
 Kehilangan Motorik
 Pusing dan bicara tidak jelas

E. Patofisiologi

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Bila terjadi anoksia seperti halnya yang terjadi pada CVA, metabolisme di otak segera mengalami perubahan, kematian sel dan kerusakan permanent dapat terjadi dalam 3-10 menit. Tiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi otak akan menimbulkan hipoksia atau anoksia. Hipoksia menyebabkan ishemi otak. Ishemi dalam waktusingkat ( kurang dari 10-15 menit ) menyebabkan deficit sementara dan bukan permanent. Ishemi dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanent dan berakibat terjadi infark otak yang disertai edema otak. Tipe deficit fokal permanent akan tergantung pada daerah otak yang mana yang terkena. Daerah otak tergantung pada pembuluh darah otak yang mana yang terkena. Pembuluh darah yang sering terkena ialah arteri cerebral tengah, yang kedua ialah arteri karotis interna. Defisit focal permanent dapat tidak diketahui jika pertama kali pasien dijumpai terjadi ishemi otak keseluruhan yang bias teratasi.( Barbara C. Long, 1996 : 177-178 )

F. Pathway
(Hubungan Sebab Akibat)











Tonus otot ­ Menempel pada Cerebral Mengenai Saraf Simpatis
Gangliosides

Menjadi kaku Kekakuan dan kejang khas -Keringat berlebihan
pada tetanus -Hipertermi
-Hipotermi
-Aritmia
-Takikardi

Hipoksia berat

¯ O2 di otak

Kesadaran ¯

-Ggn. Eliminasi -Ketidakefektifan jalan -PK. Hipoksemia
-Ggn. Nutrisi (< dr. kebut) jalan nafas -Ggn. Perfusi Jaringan
-Gangguan Komunikasi -Ggn. Pertukaran Gas
Verbal -Kurangnya pengetahuan
Ortu
-Dx,Prognosa, Perawatan






G. FOKUS PENGKAJIAN

1. Pengkajian
 Keluhan Utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
 Kaji identitas klien, yaitu mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal dan jam masuk RS, nomor register, diagnosa medis
 Kaji Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Pada umumnya kejadian secara mendadak dan adanya perubahan tingkat kesadaran yang disertai dengan kelumpuhan.
b) Diawali dengan gangguan keluhan penglihatan seperti penglihatan kabur, kembar, dapat juga nyeri kepala, kadang kala seperti berputar, lupa ingatan sementara dan kaku leher.
c) Biasanya pasien mengeluh adanya perubahan mental emosi yang labil, mudah marah, dapat juga disorientasi maupun menarik diri.
d) Dapat juga keluhan pasien setelah kejang mulutnya, mencong disertai gangguan berbicara, kesemutan dan tangan terasa lemah atau tidak dapat diangkat sendiri.
 Kaji Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Biasanya adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, kelainan jantung dan diabetes mellitus.
b) Sering juga terdapat riwayat keluarga yang menderita kelainan pembuluh darah seperti artera vehol malformasi, asma bronchial dan penyakit paru abstruksi menahun (PPOM)
H. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Perubahan Perfusi Jaringan Cerebral b.d Terputusnya Aliran Darah Ke Otak
2. Devisit Perawatan b.d Kelemahan Fisik
3. Intoleransi Aktivitas b.d Disfungsi Tonus Otot
4. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan b.d Kelemahan Fisik
I. INTERVENSI
Diagnosa : Perubahan Perfusi jaringan Cerebral b.d Terputusnya aliran darah keotak
KH :
a. Meningkatnya tingkat Kesadaran
b. Meningkatnya fungsi persepsi sensoris
c. Tekanan Darah dalam Rentan yang diharapkan

INTERVENSI
1) Observasi KU,TTV
Rasional : Mengetahui Keadaan Individu
2) ROM
Rasional : Mengurangi Ketegangan Otot, Melenturkan Sendi
3) Mengkaji Tingkat Kesadaran
Resional : Mengetahui Tingkat Kesadaran
4) Kolaborasi (Ahli Gizi : diit, Dokter : Pemberian Obat)
Rasional : Memberikan terapi Penyembuhan (obat dan Nutrisi)
5) Fisioterapi
Rasional : Meningkatkan Persepsi Sensoris
6) Pemeriksaan LAB (PACO2, SAO2,Hb)
Rasional ; Mengetahui Kandungan Oksigen, CO2, dan Kadar Hb
7) EKG
Rasional : Mengetahui adanya ketidaknormalan pada Jantung

TETANUS

TETANUS
A. Definisi
Tetanus adalah (rahang terkunci/lockjaw) penyakit akut, paralitik spastic yang disebabkan oleh tetanospasmin, neurotoksin, yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.( Ilmu Kesehatan Anak, 2000 oleh Richard E. Behrman, dkk, hal 1004 )
Tetanus adalah manifestasi sistemik yang di sebabkan oleh absorbs eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan oleh Clostridium Tetani pada masa pertumbuhan aktif dalam tubuh manusia.( Buku Kuliah Ilmu kesehatan Anak, 1985 oleh bagian kesehatan anak fakultas kedokteran univeersitas Indonesia, hal 568
Tetanus adalah gangguan neorologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.( Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, 2007 oleh fakultas Kedokteran Universitas Indonesia )
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekuatan tonus otot massater dan otot-otot rangka.
Tetanus Neonatorum: penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebiih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka mulut dan menetek di susul dengan kejang-kejang (WHO, 1989 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Tetanus adalah penyakit infeksi dan gangguan neorologis yang di akibatkan toksin protein tetoonospasmin dari kuman Clostridium Tetani, yang ditandai dengan manisfestasi kliniknya meningkatnya tonus otot dan spasme

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah Clostridium Tetani yaitu obligat anaerob pembentukan spora, gram positif, bergerak, yang tempat tinggal (habitat) alamiahnya di seluruh dunia yaitu di tanah, debu dan saluran pencernaan berbagai binatang. Pada ujungnya ia membentuk spora, sehingga secara mikroskopis tampak seperti pukulan gendering atau raket tenis. Spora tetanus dapat bertahan hidup dalam air mendidih tetapi tidak di dalam autoklaf, tetapi sel vegetative terbunuh oleh antibiotic, panas dan desinfektan baku. Tidak seperti banyak klostridia, Clostridium Tetani bukan organisme yang menginvasi jaringan, malahan menyebabkan penyakit melalui toksin tunggal, tetanospasmin yang lebih sering disebut sebagai toksin tetanus. Toksi tetanus adalah bahan kedua yang paling beracun yang diketahui, hanya di unggulin kekuatannya oleh toksin batulinum.
C. MANISFESTASI KLINIS
Tetanus biasanya terjadi setelah suatu trauma, kontaminasi luka dengan tanah, kotoran binatang atau logam berkarat dapat menyebabkan tetanus. Tetanus juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari luka bakar, ulkus gangren, luka gigitan ular yang mngalami nekrosis, infeksi telinga tengah, aborsi septik, persalinan, injeksi intramuscular, dan pembedahan.
Masa tunas biasanya 5 – 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh anti serum. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan :
1. Trismus ( kesukaran membuka mulut ) karena spasme otot-otot mastikatoris.
2. Kaku kuduk sampai opistotonus ( karena ketegangan otot-otot erector trunki ).
3. Ketegangan otot dinding perut ( harus dibedakan dengan abdomen akut ).
4. Kejang tonik apabila dirangsang karena toksin yang terdapat di kornus anterior.
5. Rikus sardonikus karena spasme otot muka ( alis tertarik keatas ), sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan opistotonus, ekstermitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula intermiten diselingi dengan periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai dengan rasa nyeri. Kadang-kadang di sertai perdarahan intramuscular karena kontraksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akobat serangan pada otot pernafasan dan laring. Retensi urin dapat terjadi karena spasme otot uretra. Fraktur kolumna vetebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang terjadi tekanan cairan di otak.
D. PATOFISIOLOGI
Biasanya penyakit ini terjdi setelah luka tusuk yang dalam misalya luka yang disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak, karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laserasi yang kotor luka bakar dan patah tulang yang terbuka juga akan mngakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan clostridium tetani.
Tetanus terjadi sesudah pemasukan spora yang sedang tumbuh, mempaebanyak diri dan mneghasilkan toksin tetanus pada potensial oksidasi-reduksi rendah (Eh) tempat jejas yang terinfeksi. Plasmid membawa gena toksin. Toksin yang dilepas bersama sel bakteri sel vegetative yang mati dan selanjutnya lisis. Toksin tetanus (dan toksin batolinium) di gabung oleh ikatan disulfit. Toksin tetanus melekat pada sambungan neuromuscular dan kemudian diendositosis oleh saraf motoris,sesudah ia mengalami ia mengalami pengangkutan akson retrograt kesitoplasminmotoneuron-alfa. Toksin keluar motoneuron dalam medulla spinalis dan selanjutnya masuk interneuron penghambat spinal. Dimana toksi ini menghalangi pelepasan neurotransmitter . toksin tetanus dengan demikian meblokade hambatan normal otot antagonis yang merupakan dasar gerakan yang disengaja yang di koordinasi, akibatnya otot yang terkena mempertahankan kontraksi maksimalnya, system saraf otonom juga dibuat tidak stabil pada tetanus.
Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi bentuk vegetatif dan berkembang biak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oxigen jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai dengan panjang axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sungsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitory transmitter dan menimbulkan kekakuan




E. PATHWAY
(Hubungan Sebab Akibat)











Tonus otot  Menempel pada Cerebral Mengenai Saraf Simpatis
Gangliosides

Menjadi kaku Kekakuan dan kejang khas -Keringat berlebihan
pada tetanus -Hipertermi
-Hipotermi
-Aritmia
-Takikardi

Hipoksia berat

 O2 di otak

Kesadaran 

-Ggn. Eliminasi -Ketidakefektifan jalan -PK. Hipoksemia
-Ggn. Nutrisi (< dr. kebut) jalan nafas -Ggn. Perfusi Jaringan
-Gangguan Komunikasi -Ggn. Pertukaran Gas
Verbal -Kurangnya pengetahuan
Ortu
-Dx,Prognosa, Perawatan


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Liquor Cerebri normal
b. hitung leukosit normal atau sedikit meningkat.
c. Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kalsium dan magnesium
d. Analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk dilakukan.
2. Pemeriksaan radiologi : Foto rontgen thorax setelah hari ke-5.
Pengkajian Umum
a. Riwayat penyakit sekarang; adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat.
b. Sistem Pernafasan ; dyspneu asfiksia dan sianosis akibat kontaksi otot pernafasan
c. Sistem kardio vaskuler; disritmia, takikardia, hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh awal 38-40 C atau febril, terminal 43-44 C
d. Sistem Neurolgis; (awal) irritability, kelemahan, (akhir) konvulsi, kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak.
e. Sistem perkemihan; retensi urine (distensi kandung kencing dan urine out put tidak ada/oliguria)
f. Sistem pencernaan; konstipasi akibat tidak adanya pergerakan usus.
g. Sistem integumen dan muskuloskletal; nyeri kesemutan tempat luka, berkeringan (hiperhidrasi). Pada awalnya didahului trismus, spasme oto muka dengan meningkatnya kontraksi alis mata, risus sardonicus, otot-otot kaku dan kesulitan menelan. Apabila hal ini berlanjut akan terjadi status konvulsi dan kejang umum.
G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian
 Keluhan Utama
 Kaji identitas klien, yaitu mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal dan jam masuk RS, nomor register, diagnosa medis
 Kaji Riwayat Kesehatan Sekarang
adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat..
 Kaji Riwayat Kesehatan Keluarga

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernafasan, ditandai dengan : ronchi, sianosis, dyspnea, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau lender, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : AGD abnormal (asidosis respiratotik)
Tujuan: jalan nafas efektif
Kriteria:
• Klien tidak sesak, lender atau sleam tidak ada
• Pernafasan 16 – 18 kali/menit
• Tidak ada pernafasan cuping hidung
• Tidak ada tambahan otot pernafasan
• Hasil pemeriksaan laboratorium darah AGD dalam batas normal ( pH=7,35 – 7,45 ; PCO2= 35 – 45 mmHg, PO2 = 80 – 100 mmHg )


Intervensi dan rasional :
a. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi
Rasianal : secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga pernafasan sehingga proses respirasi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan pembuntuan jalan nafas.
b. Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengar suara nafas (adakah ronchi) tiap 2 – 4 jam sekali
Rasional : ronchi menunjukan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau secret yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk mengoptimalkan jalan nafas.
c. Bersihkan mulut dan saluran nafas dari secret dan lendir dengan melakukan section.
Rasional : section merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan secret, sehingga mempermudah proses respirasi.
d. Oksigenisasi sesuai intruksi dokter
Rasional : pemberian oksigen secara adekuat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadi hipoksia
e. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
Rasional : dyspnea, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul tacikardi dan capillary reffil time yang memanjang/lama.
f. Observasi timbulnay gagal nafas/apnea
Rasional : ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mechanical ventilation)
g. Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer secret (mukolotik)
Rasional : obat mukolitik dapat mengencerkan secret yang kental sehingga mudah mengeluarkan dan mencegah kekentalan.
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsangan, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya lender dan secret yang menumpuk.
Tujuan : pola nafas teratur dan normal
Kriteria :
• Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigen
• Tidak sesak, pernafasan normal 16 – 18 kali/menit
• Tidak sianosis
Intervensi dan rasional :
a. Monitor irama pernafasan dan respirasi rate
Rasional : indikasi adanya penyimpangan atau kelainan dari pernafasan dapat dilihat dari frekuensi, jenis pernafasan, kemampuan dan irama nafas.
b. Atur posisi luruskan jalan nafas
Rasional : jalan nafas yang longgar tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar.
c. Observasi tanda dan gejala sianosis
Rasional : sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi klinik ketidakadekuatan suplai O2 pada jaringan tubuh perifer.
d. Berikan oksigenasi sesuai dengan intruksi dokter
Rasional : pemberian oksigen secara adekuat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mncegah terjadinya hipoksia.
e. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
Rasional : dyspnea, sianosis merupan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul tacikardi dan capillary reffil time yang memanjang/lama.
f. Observasi timbulnya gagal nafas
Rasional : ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mechanical ventilato)
g. Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
Rasional : kompensasi tubuh terhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan dapat mengakibatkan terjadinya asidosis respiratory.
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek toksin (bakterimia), yang ditandai dengan : suhu tubuh meningkat menjadi 38 – 40 °C, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari 10.000/mm3
Tujuan : suhu tubuh normal
kriteria :
• Suhu kembali normal 36 – 37 °C
• Hasil laboratorium sel darah putih (leukosit) antara 5.000 – 10.000/mm3

Intervensi dan rasional :
1. Atur suhu lingkungan yang nyaman
Rasional : iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi
2. Pantau suhu tubuh tiap 2 jam
Rasional : identifikasi perkembangan gejala-gejala kearah syok exhaustion
3. Berikan hidrasi atau minum yang adekuat
Rasional : cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari demam.
4. Lakukan tindakan teknik aseptic dan antiseptic pada perawatan luka
Rasional: perawatan luka mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar luka
5. Berikan kompres dingin bila tidak terjadi eksternal rangsangan kejang
Rasional : kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara proses konduksi.
6. Paksanakan program pengobatan antibiotic dan antipiretik
Rasional : obat-obatan antibacterial dapat mempunyai spectrum untuk mengobati bakteri gram positif, atau bakteri gram negative, antipiretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk mengantisipasi panas.
7. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium leukosit
Rasional : hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 100.000/mm3 mengidentifikasikan adanya infeksi dan atau untuk mengikuti perkembangan pengobatan yang diprogramkan.
4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat badan menurun disertai hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5 mg%
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
a. Berat badan optimal
b. Intake adekuat
c. Hasil pemeriksaan albumin 3,5 – 5 mg%
Intervensi dan rasional :
a. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesuliatan dalam makan dan pentingnya makanan bagi tubuh
Rasional : dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot pengunyah sehingga klien mengalami kesuliatan menelan dan kadang timbul reflex balik atau kesedak. Dengan tingkat pengetahuan yang adekuat diharapkan klien dapat berpartisipasi dan kooperatif dalam program diet.
b. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet TKTP cair, lunak, dan bubur kasar.
Rasional : diet yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka mulut dan proses mengunyah
c. Kolaborasi untuk memberikan caiaran IV line
Rasioanal : pemberian cairan perinfus diberikan pada klien dengan ketidakmampuan mengunyah atau tidak bisa makan lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.
d. Kolaborasikan untuk pemasangan NGT bila perlu
Rasional : NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga untuk memberikan obat

Selasa, 18 Januari 2011

Asuhan Keperawatan

Tanggal masuk : 29 Desember 2010
Tanggal pengkajian : 29 Desember 2010
Pengkaji : Sri Wahyuni

1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.R
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : RT 02/RW 02, Gombong
Status : Menikah

Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.S
Umur : 40 tahun
Alamat : RT 02/RW 02, Gombong
Hub. Dengan pasien : Istri
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien adalah nyeri pada bagian mata kanan.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan saat ini
Paisen datang ke klinik STIKES Muhammadiyah Gombong pada tanggal 26 Desember 2010 dengan keluhan nyeri di bagian mata sebelah kanan “cenut-cenut” pada saat kepala lebih rendah / saat untuk sujud dan ruku, tidak begitu jelas melihat objek disekitarnya, demam, lemas, bila diraba pasien mengatakan nyeri pada mata yang sakit, sejak satu hari yang lalu. Mata yang kanan terlihat lebih menonjol dan membesar. Hasil cek laboratorium leukositnya meningkat = 17.000 Hb 12 mg/dl. Pada saat dilakukan pengukuran tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 120 mm/Hg, RR 24x/ menit, S 38 C, HR 90 x/ menit. Pasien mengalami peningkatan tekana intra okuli 25 mmHg diagnosa sementara pasien menderita glaukoma.